Sunday 11 April 2010

Bukit Tiga Puluh (Riau)


Taman Nasional Bukit Tiga Puluh merupakan salah satu rangkaian pegunungan yang mempunyai potensi keanekaragaman janis tumbuhan dan satwa yang cukup tinggi dan endemik. Taman Nasional Bukit Tiga Puluh secara administratif pemerintahan terletak di Kabupaten Indragiri Hulu dan Indragiri Hilir Propinsi Riau dan Kabupaten Bungo Tebo dan Tanjung Jabung Propinsi Jambi.
Tipe ekosistem yang menyusun hutan Taman Nasional Bukit Tiga Puluh yaitu hutan dataran rendah, hutan pamah dan hutan dataran tinggi dengan jenis floranya antara lain: Jelutung (Dyera costulata), Getah merah (Palaquium spp.), Pulai (Alstonia scolaris), Kempas (Koompassia excelsa), Rumbai (Shorea spp), Cendawan Muka Rimau (Rafflesia hasseltii), Jernang atau Palem Darah Naga (Daemonorops draco), berbagai jenis Rotan. Cendawan Muka Rimau merupakan tumbuhan khas dan endemik Taman Nasional Bukit Tiga Puluh.

Kerinci Seblat (Sumbar, Bengkulu, Jambi, Sumsel)




Taman Nasional Kerinci Seblat terletak di 4 wilayah propinsi yaitu Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu dan Sumatera Selatan. Sebagian besar kawasan taman nasional ini merupakan rangkaian pegunungan Bukit Barisan Selatan di Pulau Sumatera bagian tengah. Secara geografi Taman Nasional Kerinci Seblat terletak pada 100°31'18" - 102°44' Lintang Timur dan 17'13" - 326'14" Lintang Selatan.
Luas Taman Nasional Kerinci Seblat (hasil tata batas) ditetapkan seluas 1.368.000 Ha dengan perincian:
• seluas 353.780 Ha (25,86%) terletak di Propinsi Sumatera Barat;
• seluas 422.190 Ha (30,86%) terletak di Propinsi Jambi;
• seluas 310.910 Ha (22,73%) terletak di Propinsi Bengkulu; dan
• seluas 281.120 Ha (20,55%) terletak di Propinsi Sumatera Selatan.
Wilayah Taman Nasional Kerinci Seblat tersebar di 9 Kabupaten, 43 Kecamatan dan 134 Desa.
Dalam sejarah pembentukannya, taman nasional ini merupakan penyatuan dari kawasan-kawasan Cagar Alam Inderapura dan Bukit Tapan, Suaka Margasatwa Rawasa Huku Lakitan-Bukit Kayu embun dan Gedang Seblat, hutan lindung dan hutan produksi terbatas di sekitarnya yang berfungsi hidro-orologis yang sangat vital bagi wilayah sekitarnya.
Kelompok hutan tersebut merupakan Daerah Aliran Sungai (DAS) utama, yaitu DAS Batanghari, DAS Musi dan DAS wilayah pesisir bagian barat, DAS tersebut sangat vital peranannya terutama untuk memenuhi kebutuhan air bagi hidup dan kehidupan jutaan orang yang tinggal di daerah tersebut. Mengingat pentingnya peranan kelompok hutan tersebut, maka pada tanggal 4 Oktober 1982, bertepatan dengan Kongres Taman Nasional Sedunia di Bali, gabungan kawasan tersebut diumumkan sebagai Taman Nasional Kerinci Seblat

Siberut (Sumatera Barat)



Pulau Siberut merupakan salah satu di antara gugusan kepulauan Mentawai di Sumatera Barat yang memiliki ekosistem yang tinggi. Pulau ini terletak sekitar 100 – 155 km dari sebelah barat kota Padang yang dipisahkan oleh Selat Mentawai, seluas 60% kawasan ditutupi oleh hutan primer Dipterocarpaceae, hutan primer campuran, rawa, hutan pantai, dan hutan mangrove
Hutan di taman nasional relatif masih alami, yaitu dengan banyaknya pohon-pohon yang besar dengan tinggi +.60 meter.
Taman nasional Siberut memiliki 4 jenis satwa primata yang tidak ditemukan pada daerah-daerah lainnya di dunia (endemik) yaitu Bokkoi (Macaca pagensis), Lutung mentawai/Joja (Presbytis potenziani), Bilao (Hylobats klossii), dan Simakobu (Simias concolor). Selain itu, terdapat 4 jenis bajing yang endemik, 17 jenis satwa mamalia dan 130 jenis burung (4 jenis endemik).
Taman Nasional Siberut merupakan salah satu yang ditetapkan oleh UNESCO sebagai cagar biosfir biosfir karena keunikan dan pentingnya ekosistem pulau tersebut
Karakteristik Endemik
Pulau Siberut telah terpisah lebih dari ½ juta tahun yang lalu oleh air laut dari daratan Asia. Proses pemisahan sejak zaman Es (Pleistocene) ini telah menjadikan Pulau Siberut memiliki keunikan flora, fauna, ekosistem, kebudayaan masyarakat asli dan kehidupan yang bertajhan serta terlepas dari proses evolusi yang dinamis. Akibat proses isolasi yang lama ini menjadikan timbulnya sifat endemik bagi flora dan fauna.
Walaupun hutan di Siberut, termasuk hutan tropis, karena mempunyai curah hujan dan suhu yang cukup tinggi, Namun susunan hutan di pulauini, memiliki keunikan-keunukan tertentu yang berbeda dengan hutan tropis lainnya.

Gunung Leuser (DI Aceh & Sumatera Utara)



Taman Nasional Gunung Leuser merupakan perwakilan tipe ekosistem hutan pantai, dan hutan hujan tropika dataran rendah sampai pegunungan.
Jenis batuannya terdiri dari batuan sedimen, batuan vulkanik, batuan kapur, batuan pluton, batuan alluvium dan batuan lainnya, keadaan tanahnya didominasi oleh komplek podsolik coklat, podsolik dan litosol.
Taman Nasional Gunung Leuser merupakan salah satu yang ditetapkan oleh UNESCO sebagai cagar biosfir. Berdasarkan kerjasama Indonesia - Malaysia, juga ditetapkan sebagai "Sister Parks" dengan Taman Negara National Park (Malaysia).
Potensi Flora
Kawasan terdiri dari hutan pantai/rawa, hutan dataran rendah, hutan dataran tinggi dan pegunungan yang sebagian besar kawasan didominir oleh ekosistem hutan Dipterocarpaceae dengan flora langka khas Raflesia atjehensis dan Johanesteinimania altifrons (pohon payung raksasa) dan Rizanthes zippelnii yang merupakan bunga terbesar, langka dan dilindungi dengan diamater 1,5 meter. Selain itu, itu terdapat tumbuhan yang unik yaitu ara atau tumbuhan paceklik.

GUNUNG TAMBORA


GunungTambora dengan ketinggian hanya 2.851 mdpl (meter di atas permukaan laut) mampu memikat hati para pendaki dengan pesona alamnya yang sangat unik. Lebar kawah Gunung Tambora tujuh kilometer, keliling kawah 16 kilometer, dan kedalaman kawah dari puncak sampai dasar kawah kedalaman 800 meter, sehingga kawah Gunung Tambora terkenal dengan The Greatest Crater in Indonesia (Kawah Terbesar di Indonesia) akibat dari adanya letusan terdahsyat di dunia terkenal dengan The Largest Volcanic Eruption in History. Selain itu keindahan Gunung Tambora lainnya adalah padang pasir luas di sepanjang bibir kawah yang ditumbuhi bunga Edelweiss kerdil sekitar 0,5 meter sampai 1,5 meter dengan jarak masing-masing berjauhan sekitar dua meter sampai 100 meter. Juga adanya keindahan batuan-batuan berlapis dan pada bagian atasnya datar seperti meja menjadikan fenomena alam yang menakjubkan. Ada pula lapisan batuan sepanjang tebing kawah yang berlapis-lapis.